SURABAYA | Surya Online - Indonesia Security  Incident Response Team of Internet Infrastructure (Id-SIRTII)  menyatakan, 1,1 juta serangan perhari melanda infrastruktur internet di  Indonesia dengan jumlah serangan terbanyak dari China. 
“Tapi, serangan jaringan internet dari Indonesia ke negara lain  justru mencapai tiga juta dengan jumlah sasaran serangan terbanyak  adalah Malaysia,” kata Ketua Id-SIRTII Prof Richardus Eko Indrajit dalam  seminar keamanan informasi di Surabaya, Kamis (25/3/2010).
Di hadapan peserta seminar bertajuk “Pengamanan Infrastruktur  Internet Indonesia” di kampus PENS ITS Surabaya, ia mengatakan banyaknya  “hacking” (serangan) terhadap internet di Indonesia itu sejalan dengan  beredarnya 48 judul buku tentang hacking.
“Masalahnya, hanya ada dua judul buku tentang pengamanan dari  serangan internet, karena itu pemerintah akhirnya mendirikan Id-SIRTII  setelah terjadinya hacking pada jaringan internet KPU, sehingga nama  partai pun berubah menjadi nama buah, seperti partai jambu,” ungkap  Richardus.
Bahkan, lanjutnya, hacking yang muncul saat ini sudah bukan lagi  untuk bermain, menggoda, berkelakar, hiburan, dan sejenisnya, namun  motif penyerang sekarang sudah masuk kepentingan ekonomi.
“Padahal, keamanan internet itu sifatnya berantai, sehingga bila ada  satu saja yang dapat dibobol, maka kemungkinan pembobolan akan lebih  banyak lagi,” katanya.
Senada dengan itu, koordinator Komunitas Keamanan Informasi (KKI)  Gildas Deograt Lomy menyatakan, hacking itu ada lima jenis yakni  e-banking, malware, pemerkosaan virtual, mobile device dan targetted  attack.
“E-banking memang mendorong munculnya cyber crime, karena itu  masyarakat hendaknya segera mengganti pin bila berada di tempat  pengambilan uang yang meragukan, kartu debit yang hanya memakai tanda  tangan, hindari kartu multifungsi untuk debet dan kredit, serta saldo  jangan terlalu besar,” paparnya.
Untuk mobile device merupakan hack terhadap ponsel, laptop, dan USB  untuk mencuri data-data penting, sedangkan targetted attack merupakan  spionase untuk mencuri dokumen rahasia pada suatu negara.
“Pemerkosaan virtual juga mulai marak dengan korban anak-anak dan  perempuan, karena korban membutuhkan uang, tapi sesungguhnya dia akan  mengalami kerusakan mental, sedangkan malware berbentuk hack virus,  worms, spyware, dan sebagainya,” jelas Gildas.
Terkait serangan dari negara lain, ia mengatakan hal itu merupakan  targetted attack yang bersifat spionase untuk mendapatkan data atau  dokumen tentang sumber daya alam pada negara lain.
“Ada juga yang sekedar emosional seperti kita dengan Malaysia, tapi  kalau hacking dari negara lain kayaknya serius untuk tujuan ekonomi,”  kata Gildas.
Sementara itu, Direktur Telekomunikasi Depkominfo Dr Titon Dutono  saat membuka seminar itu menegaskan bahwa kriminalitas di dunia komputer  akhir-akhir banyak terjadi.
“Banyak situs di-hack, kartu kredit disalahgunakan orang lain dengan  kerugian Rp 5 miliar, SMS banking yang merugikan nasabah hingga Rp 100  juta lebih,” katanya.
Oleh karena itu, katanya, adanya hukum yang mengatur keamanan  komputer seperti UU ITE merupakan upaya untuk melindungi kepentingan  publik.
Selain itu, pemerintah mendirikan Id-SIRTII untuk membantu Dewan  Keamanan TIK Nasional (DeTIKnas) dalam memberikan pemahaman dan  penyadaran serta bantuan teknis kepada masyarakat untuk pengamanan  internet.
Minggu, 04 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

 









Tidak ada komentar:
Posting Komentar